Daendels digantikan oleh Jenderal Jan Willem Jansen pada 20 Februari 1811. Pemerintahan Belanda di bawah Gubernur Jansen berlangsung sebentar, Belanda menyerah kepada Inggris setelah ditandatanganinya Kapitulasi Tuntang yang berisi
Pulau Jawa dan sekitarnya jatuh ke tangan Inggris
Semua tentara Belanda menjadi tentara Inggris
Orang – orang Belanda dipekerjakan untuk pemerintah Inggris
Kebijakan lain selain dalam bidang pertahanan :
Memecah pulau Jawa menjadi 9 prefektur atau daerah setara Karesidenan untuk mempermudah pengawasan
Mengangkat bupati – bupati Jawa menjadi pegawai pemerintah
Menaikkan gaji pegawai
Mendirikan pengadilan dengan adat istiadat sebagai aturan yang diberlakukan
Daendels yang dikenal dengan sikap kerasnya terkadang juga melakukan tindakan keras terhadap raja – raja di Jawa seperti :
Raja Solo dan Yogyakarta dimana raja kerajaan tersebut harus mengakui bahwa raja Belanda sebagai junjungannya
Karena Banten tidak mau melakukan pembangunan jalan raya Post Groteweg, Daendels mengambil kebijakan keras dengan mengasingkan Sultan Banten ke Banten
Ada dua versi mengapa Daendels dipanggil kembali ke negaranya (Perancis) yaitu :
Daendels sangat dibutuhkan untuk memimpin pasukan Perancis guna melakukan serangan ke Rusia
Hubungan buruk antara Daendels dengan raja – raja di Jawa yang dikhawatirkan akan memperburuk situasi menjelang serangan dari Inggris.
Napoleon Bonaparte mengutus Herman Willem Daendels untuk mengemban tugas mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Daendels memerintah di Jawa pada kurun waktu 1806 – 1811. Terdapat dua tugas utama yang harus dilaksanakan Daendels, yaitu :
Mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris
Memperbaiki sistem pemerintahan agar tidak tejadi penyelewengan serta korupsi
Dalam mengemban misi tersebut, Daendels kemudian menerapkan beberapa kebijakan, diantaranya :
Membangun jalan raya pos atau Grote Postweg yaitu dari Anyer hingga Panarukan
Mendirikan benteng – benteng pertahanan
Membangun pangkalan armada laut di Merak dan Ujung Kulon
Mendirikan pasukan yang beranggotakan pribumi
Mendirikan pabrik – pabrik senjata seperti di Surabaya, pabrik pembuatan meriam di Semarang serta sekolah militer di Batavia
Membangun rumah sakit serta tangsi militer baru
Adanya persaingan dagang antar sesama pedagang Belanda berimbas pada keuntungan yang semakin sedikit dan tidak jarang merugi. Melihat adanya hal tersebut, kemudian pada 1602 dibentuklah perserikatan dagang Belanda yang bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) dengan modal awal 6,5 juta gulden yang berkedudukan di Amsterdam. Tujuan dari dibentuknya organisasi ini adalah untuk meraup laba sebesar – besarnya dan memperkuat kedudukan Belanda di Nusantara untuk melawan kekuasaan Portugis dan Spanyol.
Pembentukan VOC yang baru seumur jagung mendapat saingan berat yaitu kongsi dagang Inggris EIC (East Indies Compagnie) yang telah dibentuk pada tahun 1600. Untuk mempermudah ruang gerak VOC, kemudian dibangunlah kantor – kantor cabang seperti di Middelberg, Delft, Rotterdam, Horm dan Enkhuizen. Setelah dianggap cukup mapan, VOC kemudian membangun cabang di Nusantara dengan Pieter Both yang menjabat sebagai Gubernur Jendral pertama dan dibantu oleh Dewan Penasehat (Raad van Indie) sebanyak 5 anggota.
VOC mengalami kemuduran pada 31 Desember 1799. Kemunduran VOC dikarenakan beberapa sebab, salah satunya adalah banyaknya korupsi yang ada di dalam tubuh VOC. Pemerintah Belanda kemudian mengambil alih VOC.
Indonesia Pasca Pendudukan VOC
Pada tahun 1799 Belanda mengambil alih wilayah Indonesia dari VOC. VOC mengalami kebangkrutan dan hal ini menjadi sebab di bubarkannya VOC. Sementara itu, Inggris mengincar wilayah Indonesia untuk dijadikan wilayah jajahannya. Jawa adalah wilayah koloni Belanda Perancis yang belum jatuh ke tangan Inggris. Pada akhir abad ke 18 dan awal ke 19 terjadi perang antara Perancis dan Belanda di daratan Eropa. Perancis memenangkan peperangan tersebut pada 1806 dan menyebabkan tanah
jajahan Belanda diserahkan kepada pemerintahan Perancis.
Pembawaan mereka sanggup membuat hati Sultan Banten terpikat, bahkan permohonan mereka untuk bertemu dengan Sultan pun dikabulkan. van neck membawakan piala berkaki emas sebagai tanda persahabatan dengan Sultan Banten, Sultan Abdul Mafakhir. Mangkubumi Jayanegara kemudian membujuk van Neck untuk membantu melakukan penyerangan ke Palembang atas pembalasan kematian Sultan Muhammad dengan janji memberikan dua kapal penuh lada. Awalnya van Neck menyetujui tapi dengan syarat satu kapal diberikan di awal dan satu kapal diberikan setelah perang sedangkan Mangkubumi menghendaki pembayaran dilakukan sekaligus setelah perang. Kesepakatan tidak tercapai dan penyerangan ke Palembang tidak dilanjutkan.
Van Neck membawa pulang tiga kapal yang penuh dengan muatan, sementara dua pembantunya yaitu van Waerwijk dan van Heemskerck melakukan pelayaran lagi untuk mencapai wilayah Maluku dengan lima buah kapal.
Setelah dua pelayaran Belanda berhasil, selanjutnya berduyun – duyun orang – orang Belanda berlayar ke Nusantara. Pada tahun 1598 tercatat sebanyak 22 kapal baik milik perorangan maupun perserikatan dagang dari Belanda melakukan pelayaran ke Indonesia. Bahkan pada tahun 1602 sebanyak 65 kapal kembali ke Belanda dengan muatan penuh.
Suatu hari pemerintah Portugis mengirimkan utusan dari Malaka dengan membawa uang 10.000 rial untuk meminta Banten memutuskan hubungan dengan Belanda dalam perdagangan dan apabila Belanda tetap melakukan perdagangan maka kapal – kapal Belanda akan di rusak serta diusir. Dikabarkan pula, Portugis akan melakukan pembersihan kapal – kapal Belanda di Banten dan negeri timur lain. Mangkubumi Jayanegara menyetujui hal tersebut dan menerima pemberian dari Portugis. Namun, secara rahasia Mangkubumi Jayanegara mengirimkan utusan untuk menyampaikan akan datangnya pasukan Portugis yang akan menyergap mereka. Mendengar apa yang disampaikan utusan Mangkubumi, kemudian kapal Belanda pun meninggalkan wilayah Banten.
Kemudian pada tahun 1598 angkatan laut Portugis sampailah di Banten yang dipimpin Laurenco de Brito dari pangkalannya di Goa. Ketika sampai di Banten, kapal – kapal Belanda sudah tidak ada dan marahlah dia. Mangkubumi yang dituduh telah bersengkongkol dengan Belanda dituntut untuk mengembalikan hadiah yang Portugis berikan. Mangkubumi pun tidak mau menuruti karena ia berpendapat bahwa Portugis tidak berhak melakukan pengusiran kapal – kapal yang berlabuh di Banten.
Pasukan Portugis marah, pelabuhan Banten diserang dan dijarah. Bahkan pedagang Cina pun ikut dirampas dangangannya. Melihat adanya serangan dari Portugis, tentara Banten kemudian menyerang balik hingga tiga kapal Portugis dapat direbut dan awak kapalnya melarikan diri meninggalkan kapal dan barang rampasan.
Belanda pertama kali mendarat di Indonesia yaitu di pelabuhan Banten dengan empat buah kapal yang dipimpin oleh Kapten Pieter Keyzer dan Cornelsi de Houtman pada 23 Juni 1596. Kedatangan kapal Cornelis de Houtman dan awak kapalnya semula disambut dengan baik oleh para pribumi Banten. Banyak penduduk pribumi yang naik ke kapal tersebut untuk menawarkan makanan ataupun dagangan kepada mereka. Namun, sambutan baik ini disalah artikan oleh Cornelis de Houtman yang justru bertindak kasar kepada pribumi Banten yang menawarkan keramah tamahan kepada mereka. Walau demikian, pribumi banten masih saja menawarkan lada yang Belanda butuhkan. Tujuan Belanda ke Indonesia semula murni untuk berdagang rempah – rempah, mengambil keuntungan besar dari penjualan rempah – rempah yang sangat di butuhkan di Eropa. Namun pada perkembangannya tujuan tersebut berubah dari yang semula berdagang dan selanjutnya memonopoli perdagangan hingga menjajah Indonesia.
Kedatangan Belanda ke Banten bertepatan dengan rencana penyerangan Banten ke Palembang. Banten meminta Belanda meminjamkan kapalnya untuk dipergunakan sebagai tambahan kapal pengangkut pasukan Banten untuk penyerangan ke Palembang. Namun rencana tersebut ditolak oleh Belanda dengan alasan mereka datang ke Banten untuk berdagang dan akan kembali ke Belanda setelah selesai melakukan transaksi perdagangan.
Ketika Banten selesai melakukan penyerangan ke Palembang, sekembalinya dari Palembang mereka masih mendapati Belanda di tanah Banten. Belanda beralasan, mereka menunggu panen lada yang tidak lama lagi. Pada waktu panen, harga lada akan lebih murah. Hal ini membuat Mangkubumi Jayanegara marah. Yang lebih parah adalah suatu malam Belanda membawa dua kapal dari Banten yang penuh dengan lada dan memindahkan ke kapalnya. Karena kepergok melakukan hal tersebut, Belanda kemudian menembaki kota Banten.
Atas kejadian ini mengakibatkan rakyat Banten sangat marah. Beberapa dari tentara Banten menyerbu ke kapal Belanda dan selanjutnya menangkap kapten Houtman beserta delapan anak kapalnya. Houtman baru dilepaskan dengan tebusan 45.000 Gulden serta diusir dari tanah Banten pada 2 Oktober 1596. Dua tahun kemudian tepatnya pada 1 Mei 1598, rombongan pedagang dari Belanda berangkat dipimpin oleh Jacob van Neck dibantu van Waerwijk dan van Heemskerck tiba di Banten pada 28 November 1598. Pribumi Banten menerima dengan baik karena sikap Belanda berbeda dengan pada saat kedatangan Houtman. Nampaknya, pengusiran Houtman dijadikan pelajaran bagi Belanda.
Belanda pertama kali mendarat di Indonesia yaitu di pelabuhan Banten dengan empat buah kapal yang dipimpin oleh Kapten Pieter Keyzer dan Cornelsi de Houtman pada 23 Juni 1596. Kedatangan kapal Cornelis de Houtman dan awak kapalnya semula disambut dengan baik oleh para pribumi Banten. Banyak penduduk pribumi yang naik ke kapal tersebut untuk menawarkan makanan ataupun dagangan kepada mereka. Namun, sambutan baik ini disalah artikan oleh Cornelis de Houtman yang justru bertindak kasar kepada pribumi Banten yang menawarkan keramah tamahan kepada mereka. Walau demikian, pribumi banten masih saja menawarkan lada yang Belanda butuhkan. Tujuan Belanda ke Indonesia semula murni untuk berdagang rempah – rempah, mengambil keuntungan besar dari penjualan rempah – rempah yang sangat di butuhkan di Eropa. Namun pada perkembangannya tujuan tersebut berubah dari yang semula berdagang dan selanjutnya memonopoli perdagangan hingga menjajah Indonesia.
Kedatangan Belanda ke Banten bertepatan dengan rencana penyerangan Banten ke Palembang. Banten meminta Belanda meminjamkan kapalnya untuk dipergunakan sebagai tambahan kapal pengangkut pasukan Banten untuk penyerangan ke Palembang. Namun rencana tersebut ditolak oleh Belanda dengan alasan mereka datang ke Banten untuk berdagang dan akan kembali ke Belanda setelah selesai melakukan transaksi perdagangan.
Ketika Banten selesai melakukan penyerangan ke Palembang, sekembalinya dari Palembang mereka masih mendapati Belanda di tanah Banten. Belanda beralasan, mereka menunggu panen lada yang tidak lama lagi. Pada waktu panen, harga lada akan lebih murah. Hal ini membuat Mangkubumi Jayanegara marah. Yang lebih parah adalah suatu malam Belanda membawa dua kapal dari Banten yang penuh dengan lada dan memindahkan ke kapalnya. Karena kepergok melakukan hal tersebut, Belanda kemudian menembaki kota Banten.
Atas kejadian ini mengakibatkan rakyat Banten sangat marah. Beberapa dari tentara Banten menyerbu ke kapal Belanda dan selanjutnya menangkap kapten Houtman beserta delapan anak kapalnya. Houtman baru dilepaskan dengan tebusan 45.000 Gulden serta diusir dari tanah Banten pada 2 Oktober 1596. Dua tahun kemudian tepatnya pada 1 Mei 1598, rombongan pedagang dari Belanda berangkat dipimpin oleh Jacob van Neck dibantu van Waerwijk dan van Heemskerck tiba di Banten pada 28 November 1598. Pribumi Banten menerima dengan baik karena sikap Belanda berbeda dengan pada saat kedatangan Houtman. Nampaknya, pengusiran Houtman dijadikan pelajaran bagi Belanda.
Belanda pertama kali mendarat di Indonesia yaitu di pelabuhan Banten dengan empat buah kapal yang dipimpin oleh Kapten Pieter Keyzer dan Cornelsi de Houtman pada 23 Juni 1596. Kedatangan kapal Cornelis de Houtman dan awak kapalnya semula disambut dengan baik oleh para pribumi Banten. Banyak penduduk pribumi yang naik ke kapal tersebut untuk menawarkan makanan ataupun dagangan kepada mereka. Namun, sambutan baik ini disalah artikan oleh Cornelis de Houtman yang justru bertindak kasar kepada pribumi Banten yang menawarkan keramah tamahan kepada mereka. Walau demikian, pribumi banten masih saja menawarkan lada yang Belanda butuhkan. Tujuan Belanda ke Indonesia semula murni untuk berdagang rempah – rempah, mengambil keuntungan besar dari penjualan rempah – rempah yang sangat di butuhkan di Eropa. Namun pada perkembangannya tujuan tersebut berubah dari yang semula berdagang dan selanjutnya memonopoli perdagangan hingga menjajah Indonesia.
Kedatangan Belanda ke Banten bertepatan dengan rencana penyerangan Banten ke Palembang. Banten meminta Belanda meminjamkan kapalnya untuk dipergunakan sebagai tambahan kapal pengangkut pasukan Banten untuk penyerangan ke Palembang. Namun rencana tersebut ditolak oleh Belanda dengan alasan mereka datang ke Banten untuk berdagang dan akan kembali ke Belanda setelah selesai melakukan transaksi perdagangan.
Ketika Banten selesai melakukan penyerangan ke Palembang, sekembalinya dari Palembang mereka masih mendapati Belanda di tanah Banten. Belanda beralasan, mereka menunggu panen lada yang tidak lama lagi. Pada waktu panen, harga lada akan lebih murah. Hal ini membuat Mangkubumi Jayanegara marah. Yang lebih parah adalah suatu malam Belanda membawa dua kapal dari Banten yang penuh dengan lada dan memindahkan ke kapalnya. Karena kepergok melakukan hal tersebut, Belanda kemudian menembaki kota Banten.
Atas kejadian ini mengakibatkan rakyat Banten sangat marah. Beberapa dari tentara Banten menyerbu ke kapal Belanda dan selanjutnya menangkap kapten Houtman beserta delapan anak kapalnya. Houtman baru dilepaskan dengan tebusan 45.000 Gulden serta diusir dari tanah Banten pada 2 Oktober 1596. Dua tahun kemudian tepatnya pada 1 Mei 1598, rombongan pedagang dari Belanda berangkat dipimpin oleh Jacob van Neck dibantu van Waerwijk dan van Heemskerck tiba di Banten pada 28 November 1598. Pribumi Banten menerima dengan baik karena sikap Belanda berbeda dengan pada saat kedatangan Houtman. Nampaknya, pengusiran Houtman dijadikan pelajaran bagi Belanda.
dear my friend,
we are in the same team so i just wanna make love with you i mean make friend with you , but before you continue reading i wanna tell you that-
Belanda pertama kali mendarat di Indonesia yaitu di pelabuhan Banten dengan empat buah kapal yang dipimpin oleh Kapten Pieter Keyzer dan Cornelsi de Houtman pada 23 Juni 1596. Kedatangan kapal Cornelis de Houtman dan awak kapalnya semula disambut dengan baik oleh para pribumi Banten. Banyak penduduk pribumi yang naik ke kapal tersebut untuk menawarkan makanan ataupun dagangan kepada mereka. Namun, sambutan baik ini disalah artikan oleh Cornelis de Houtman yang justru bertindak kasar kepada pribumi Banten yang menawarkan keramah tamahan kepada mereka. Walau demikian, pribumi banten masih saja menawarkan lada yang Belanda butuhkan. Tujuan Belanda ke Indonesia semula murni untuk berdagang rempah – rempah, mengambil keuntungan besar dari penjualan rempah – rempah yang sangat di butuhkan di Eropa. Namun pada perkembangannya tujuan tersebut berubah dari yang semula berdagang dan selanjutnya memonopoli perdagangan hingga menjajah Indonesia.